Kadang melepaskan sesuatu yang dianggap berharga akan menyelamatkan hidup kita
Di sebuah hutan, tinggal sekumpulan monyet. Pada suatu hari, seekor monyet pergi ke pinggir hutan dan masuk ke dalam sebuah rumah yang kosong. Di dalam sana, sang monyet merasa lapar dan menemukan semangkuk apel dengan warna yang berkilauan. Sang monyet mengendus apel tersebut, tidak berbau apel. Saat digigit apel itu sangat keras hingga gigi sang monyet sakit.
Apel tersebut tidak dapat dimakan, tetapi memiliki bentuk yang bagus dan akan berkilau saat ditimpa cahaya. Monyet tersebut melupakan rasa laparnya lalu membawa apel palsu tersebut ke dalam hutan. Dia memamerkan benda itu sebagai sesuatu yang berharga pada teman-temannya. Dia menjaga apel itu dengan menggenggamnya erat agar tidak jatuh.
Tetapi.. sang monyet makin merasa lapar. Apel palsu yang dianggapnya berharga tidak mungkin dimakan. Saat melihat pohon apel dengan buah sungguhan yang harum baunya, sang monyet tidak mau memanjat, takut jika apel palsu yang dia genggam akan rusak dan jatuh ke tanah. Makin lapar dan semakin lapar.. Monyet itu memandang buah apel sungguhan yang menggiurkan.
Akhirnya sang monyet mengambil keputusan, dia melempar apel palsu di atas tanah lalu memanjat pohon. Dia mengambil buah apel sungguhan dan memakannya dengan nikmat. Inilah letak kebahagiaan sejati sang monyet. Keputusannya untuk membuang apel palsu yang dianggapnya berharga memang tepat, karena dengan apel sungguhan yang tidak berkilauan, sang monyet merasa kenyang dan bahagia.
Sahabat, kisah ini menjadi inspirasi pada kita semua untuk memilah apa yang kita miliki, apa yang kita butuhkan. Kadang sesuatu yang menurut kita berharga menjadi bumerang yang berbahaya. Misalnya sang monyet bertahan dengan apel palsu yang berkilauan, bisa saja dia mati kelaparan di samping pohon apel sungguhan yang berbuah ranum.
Jangan abaikan apa yang ada di sekitar Anda, karena di sanalah kebahagiaan yang sesungguhnya berada. Jika Anda berada di persimpangan jalan untuk memilih sesuatu yang berharga, pastikan Anda mengikuti kebahagiaan sejati, tak hanya sesuatu yang Anda anggap berharga.
Di sebuah hutan, tinggal sekumpulan monyet. Pada suatu hari, seekor monyet pergi ke pinggir hutan dan masuk ke dalam sebuah rumah yang kosong. Di dalam sana, sang monyet merasa lapar dan menemukan semangkuk apel dengan warna yang berkilauan. Sang monyet mengendus apel tersebut, tidak berbau apel. Saat digigit apel itu sangat keras hingga gigi sang monyet sakit.
Apel tersebut tidak dapat dimakan, tetapi memiliki bentuk yang bagus dan akan berkilau saat ditimpa cahaya. Monyet tersebut melupakan rasa laparnya lalu membawa apel palsu tersebut ke dalam hutan. Dia memamerkan benda itu sebagai sesuatu yang berharga pada teman-temannya. Dia menjaga apel itu dengan menggenggamnya erat agar tidak jatuh.
Tetapi.. sang monyet makin merasa lapar. Apel palsu yang dianggapnya berharga tidak mungkin dimakan. Saat melihat pohon apel dengan buah sungguhan yang harum baunya, sang monyet tidak mau memanjat, takut jika apel palsu yang dia genggam akan rusak dan jatuh ke tanah. Makin lapar dan semakin lapar.. Monyet itu memandang buah apel sungguhan yang menggiurkan.
Akhirnya sang monyet mengambil keputusan, dia melempar apel palsu di atas tanah lalu memanjat pohon. Dia mengambil buah apel sungguhan dan memakannya dengan nikmat. Inilah letak kebahagiaan sejati sang monyet. Keputusannya untuk membuang apel palsu yang dianggapnya berharga memang tepat, karena dengan apel sungguhan yang tidak berkilauan, sang monyet merasa kenyang dan bahagia.
Sahabat, kisah ini menjadi inspirasi pada kita semua untuk memilah apa yang kita miliki, apa yang kita butuhkan. Kadang sesuatu yang menurut kita berharga menjadi bumerang yang berbahaya. Misalnya sang monyet bertahan dengan apel palsu yang berkilauan, bisa saja dia mati kelaparan di samping pohon apel sungguhan yang berbuah ranum.
Jangan abaikan apa yang ada di sekitar Anda, karena di sanalah kebahagiaan yang sesungguhnya berada. Jika Anda berada di persimpangan jalan untuk memilih sesuatu yang berharga, pastikan Anda mengikuti kebahagiaan sejati, tak hanya sesuatu yang Anda anggap berharga.
http://woman.kapanlagi.com/inspiring/lentera/10291-kisah-monyet-dan-apel-palsu.html
No comments:
Post a Comment